Dalam pertemuan tahunan Conference of Indonesian Foreign Policy (CIFP) 2025 yang baru-baru ini berlangsung, salah satu sorotan utama adalah pidato pembukaan dari Dino Patti Djalal. Dia menyampaikan keprihatinan mendalam tentang runtuhnya tatanan dunia saat ini dan mengisyaratkan dimulainya era ketidakpastian baru. Dengan menyoroti kelemahan dalam hukum dan institusi global yang ada, ia menegaskan bahwa mekanisme internasional saat ini kurang efektif dalam memelihara stabilitas dunia.
Krisis Legitimitas Institusi Global
Dino Patti Djalal dalam pidatonya menyampaikan bahwa kelemahan institusi global, seperti kekurangan koordinasi antara negara-negara besar dan pelanggaran hukum internasional, telah menurunkan kepercayaan publik pada sistem yang pernah dianggap tak tergoyahkan. Dia mencontohkan kebuntuan Dewan Keamanan PBB dan seringnya negara-negara besar melanggar resolusi organisasi internasional sebagai tanda-tanda krisis legitimasi ini.
Geopolitik dan Dinamika Baru
Di tengah ketidakstabilan ini, persaingan geopolitik merajalela, menambah kompleksitas yang sudah ada. Ketegangan antara negara-negara besar tidak hanya membahayakan stabilitas regional tetapi juga memberikan dampak pada skala global. Persaingan ekonomi, penekanan terhadap supremasi militer, dan konflik regional menambah tumpukan permasalahan yang memerlukan perhatian segera dan terkoordinasi.
Peran Indonesia dalam Tatanan Global
Dalam konteks ini, Dino Patti Djalal mengedepankan peran Indonesia sebagai pemain kunci yang dapat mendorong reformasi institusi global. Sebagai negara dengan pengalaman diplomasi yang kaya dan sebagai ketua ASEAN di tahun itu, Indonesia diharapkan dapat mendorong pendekatan baru dalam menyelesaikan masalah internasional. Optimisme ini sejalan dengan sejarah panjang negeri ini dalam mempromosikan dialog dan konsensus.
Mencari Solusi Kolektif
Pidato tersebut juga mendorong perlunya solusi kolektif dengan memperkuat komitmen internasional untuk memperbarui kepercayaan terhadap sistem multilateral. Djalal menyerukan reformasi institusi global agar bisa tanggap terhadap permasalahan kontemporer seperti perubahan iklim, keamanan energi, dan krisis kemanusiaan. Tujuannya adalah agar kerangka kerja ini dapat menjadi lebih inklusif dan adaptif dalam menjawab tantangan baru.
Analisis dan Perspektif
Meskipun situasi global saat ini penuh dengan ketidakpastian, ada harapan dari penguatan kerja sama lintas negara yang diinisiasi oleh negara-negara yang tetap menjunjung tinggi hukum internasional. Membentuk koalisi baru yang didasari pada prinsip-prinsip bersama dapat menjadi jawaban untuk mengatasi kelemahan dalam struktur global yang ada. Dalam konteks ini, inovasi diplomasi harus menjadi instrumen utama dalam membangun kembali tatanan dunia yang lebih adil.
Kesimpulan
Dino Patti Djalal dalam Konferensi Kebijakan Luar Negeri Indonesia 2025 menggarisbawahi perlunya reformasi mendasar dalam lembaga internasional yang ada saat ini. Dengan mengedepankan diplomasi dan kerja sama lintas negara, tantangan yang dihadapi dapat diubah menjadi peluang untuk membentuk tatanan global yang lebih kohesif dan berkelanjutan. Meski menghadapi era baru yang penuh ketidakpastian, dengan refleksi mendalam dan tindakan kolektif, masa depan dunia dapat diarahkan ke jalur yang lebih stabil dan makmur.

